Sudahkah Penyandang Disabilitas Mendapat Pelayanan Publik Setara ?

Desember 03, 2019

Stephen Hawking, penyandng disabilitas super jenius. Sumber fhoto: npr.org

Banyak hari dan peristiwa yang di rayakan dan di tandai dalam kalender Internasional. Begitupun dengan Disabilitas yang turut menjadi Hari yang patut di rayakan bukan sekedar untuk hepi-hepi tetapi untuk mengukur sejauh mana pencapaian terbaik membangun ruang kebersamaan antar sesama. Sebuah perayaan sebagai perenungan setiap 3 Desember sebagai Hari Disabilitas Nasional

Tidak banyak memang nasib disabilitas yang seperti nasibnya Stephen Hawking. Seorang jenius yang memiliki kekurangan secara fisik. Namun perannya sangat bermanfaat bagi dunia. Dari seluruh dunia mungkin hanya seorang Stephen Hawking yang beruntung bisa menjadi panutan bagi dunia dalam ilmu pengetahuan meski seorang disabilitas.


Seseorang yang terlahir disabilitas tidak menghendaki terlahir dalam kekurangan fisik, begitupun seorang disabilitas yang oleh sebab faktor lain seperti kecelakaan, penyakit ataupun sebab lainnya. Namun begitu kehidupan terus bergerak dengan segala dinamikanya. Peringatan Hari Disabilitas Internasional bersama Kementerian Kesehatan RI pada 3 Desember lalu di Ruang Swabessy membuka mata dan hati saya. Masih banyak PR bagi kita non disabilitas berpihak kepada mereka yang disabilitas.

Sampai disini saya tak ingin membincang kemana-mana. Saya hanya ingin mencatat dan menulis kembali sebuah pengalaman seorang disabilitas tuna rungu ketika berobat ke puskesmas. Soal Stephen Hawkings sebuah inspirasi saja ya.

Saya bersama Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan RI

Seorang teman tuli, menceritakan pengalamannya saat berobat ke Puskesmas. Saat berobat itu semua petugas medis puskesmas tampak kewalahan. Saat pertama tiba sudah kebingungan berkomunikasi, ada yang terkaget ada yang saling bertanya bagaimana ini dan butuh waktu lama untuk melayani pasien. Hal ini sering terjadi tatkala semua temannya yang tuna rungu berobat ke puskesmas. Ini merupakan cerita menarik dan harus menjadi evaluasi bagi semua stakeholder dan semua pemangku kebijakan. 

Hari Disabilitas Internasional bertema Indonesia Inklusi SDM Unggul mengingat kan kembali betapa menyetarakan perilaku kepada sesama menjadi sangat penting sebagai hal fundamental suatu bangsa agar bisa berdaya saing dan maju, meskipun disabilitas. Pengalaman seorang teman tuli di puskesmas dan kisah Stephen Hawking ini saling terkait meski dalam dimensi berbeda. 


Regulasi pemerintah menyoal disabilitas kini tak lagi hanya milik dinas sosial, melainkan juga seluruh stakeholder yang ada dalam tubuh pemerintahan. Kiranya ini merupakan potensi besar yang telah dimulai untuk menciptakan kesetaraan sebagai anak bangsa yang mendapat pelayanan terbaik oleh pemerintah. 

Disabilitas menjadi tanggung jawab stakeholder untuk menjadi pertimbangan juga dalam semua urusan bernegara. Maka mari memulai untuk membenahi apa yang sudah di capai untuk lebih baik lagi. Mungkin sangat jarang ada seorang disabilitas yang super jenius seperti Stephen Hawking di Indonesia, namun pasti sangat banyak teman tuli yang mendapat pelayanan publik seperti di puskesmas. Tidak adanya SDM pelayanan publik yang memiliki kesiapan khusus dalam menangani disabilitas tuna rungu. 


Bentuk pelayanan publik memang tidak kelihatan, tidak seperti fasilitas publik yang ramah disabilitas. Pelayanan publik jauh lebih jauh ke dalam perasaan seorang disabilitas, yang seringkali berkaca kepada ketimpangan. 

Maka keadilan dalam pelayanan publik bagi disabilitas wajib di tingkatkan. Mereka juga butuh perlakuan yang sama dan bisa mendapat pelayanan yang setara dengan non disabilitas. 

Dan barangkali saja, satu diantara penyandang disabilitas itu adalah pemilik otak super jenius yang patut kita jaga bersama sebagai asset bangsa.

Demikian, 
Salam.

Selamat Hari Disabilitas Internasional 2019
#IndonesiaInklusiSDMUnggul

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!