Nonton Koki Koki Cilik 2 Sebagai Orang Tua

Juni 29, 2019

Nonton KokiKoki Cilik 2


Nonton film itu hiburan yang bisa dapat banyak insight menurut saya. Apalagi film bioskop yang bercerita menyoal parenting. Kehidupan sebuah keluarga mulai dari anak, adik,kakak dan orang tua disekitarnya.

Tapi bagi tim kreatif menjadi soal lain. Tuntutan menjadikan karyanya bisa diterima oleh penonton menjadi kerja keras yang sangat memerlukan efort yang besar. Apalagi menyasar penonton usia anak-anak.

Seperti pada film Koki Koki Cilik 2 yang pada tanggal 27 Juni 2019 lalu mulai tayang serentak di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Saya pun tak luput untuk menjadi penyaksi film ini. Sebagai orang dewasa yang senantiasa suka bergaul bersama anak-anak, film ini menjadi kisah yang mendongkel beberapa pengalaman saya ketika menjadi volunter di rumah belajar (rumah singgah) bagi anak-anak.

Sedikitnya mengungkap kenangan saat bersentuhan dengan peristiwa psikis anak-anak yang jauh dari rasa kasih sayang orang tuanya. Sementara diluar sana banyak anak dengan orang tuanya tak memiliki hubungan yang harmonis sebab tertentu.

Melihat kehidupan anak-anak berhubungan dengan cara pandang terhadap anak-anak itu sendiri. Buat saya anak-anak adalah anak-anak. Bukan anak jalanan, anak broken, anak lainya untuk sebutan yang disandang dan menyebabkan anak terpetakan.

Anak-anak adalah anak-anak demikian dengan segala gambaran jiwanya. Pengalaman-pengalaman tertentu membentuk pertumbuhan jiwanya dan mimpinya di masa depan. Apalagi dengan memiliki kecenderungan akan ketertarikan pada kemampuan tertentu seperti masak memasak.

Setiap ketertarikan anak sangat membantu membangun mimpinya kelak di kemudian hari. Entah ketertarikan di bidang agama, seni atau kemampuan lainnya. Ataupun saat mereka (anak-anak) menghadapi suatu problem jiwa yang sulit membuatnya untuk kembali bahagia sediakala.

Seperti halnya konflik yang di bangun dalam film Koki koki Cilik 2 ini. Penggambaran tersebut jelas nampak oleh penonton anak-anak. Mereka merasakannya dan mampu menyelami problem Adit bukan hanya pada saat ikut Cooking Camp saja.



Anak-anak di Bioskop 

Cooking Camp hanyalah sebuah peristiwa belajar yang mereka lalui untuk melatih kemampuan memasak. Yang pada kenyataannya dalam Koki koki Cilik 2 tak menampilkan banyak adegan makanan ini enak atau tidak enak. Tetapi lebih mengajarkan bagaimana si koki menghadapi problem dalam dirinya sendiri. Sosok Grant memiliki karakter yang kuat untuk melihat hal tersebut.

Alur romantika pada kenangan masak bareng dan bekerja sama dalam dapur menjadi kenangan yang tak mungkin dilupakan oleh anak-anak seperti Bima dkk. Dan membawa mereka menyusuri perjalanan kali awal Cooking Camp di adakan. Ihwal perjalanan Cooking Camp menjadi pelajaran sejarah yang anak-anak seperti Bima Dkk.

Sebab sebelumnya tak pernah nonton Film Koki koki Cilik sebelum Koki koki Cilik 2, jadi beberapa hal poin cerita tak dapat kami sampaikan disini. Yang bisa disampaikan hanya beberapa penggalan dari film Koki koki Cilik 2 saja. Tapi kiranya film ini sudah layak untuk jadi film hiburan dalam masa liburan tahun 2019 ini.

Dan kita tahu tayangan film bioskop kita didominasi oleh tayangan film yang sedikit sekali yang memberi kesempatan anak mendapat tayangan film sesuai usia mereka. Apalagi dengan kualitas film yang bukan sekedar memberi kualitas gambar dan suara yang bagus saja. Tetapi juga film dengan kekuatan nilai-nilai yang dapat membangun ke Indonesiaan mereka.

Satu hal yang masih terjadi dalam geliat industri film layar lebar kita saat ini adalah masih berkonsep zonoisme yang sedikit mengangkat nilai-nilai yang akar dari ke Indonesiaan bagi generasi selanjutnya. Gaya dan pola berfikir anak-anak kita semakin kaya. Ada anak yang begitu lebay, pendiam dan penyuka makan yang memang sudah lacur menjadi pembentuk karakter mereka.

Demikian,
Salam.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!