Obesitas Pada Anak

Agustus 10, 2018

Gangguan Sosial Emosi Anak dengan Obesitas

Anak-anak memang memiliki dunia sendiri. Namun setiap pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dipengaruhi juga oleh kehidupan disekitar mereka. Terutama perilaku orangtua baik ibu atau ayahnya ataupun lingkaran keluarga dari lingkungan yang besar bersama si anak.

Kali ini saya akan membicarakan Obesitas Pada Anak yang saya dapat catat dan rangkum dari kegiatan saya beberapa waktu lalu bersama Komunitas Dear Blogger Net (DBN) dan Rumah Sakit Royal Progress salah satu RS Jakarta Utara tepatnya di Sunter. Media dan Blogger Gathering ini diadakan di Up In Smoke Restoran yang terdapat di RDTX Tower Mega Kuningan Jakarta Selatan pada tanggal 3 Agustus 2018, dengan menghadirkan pembicara-pembicara dari RS Royal Progress, yaitu dr. Lucie Permana Sari, SpA, Psikolog Nadia Rachman M.Psi, Dr. dr. Rika Haryono SpKO, dan dr. Pulina  Toding, M.Gizi SpGK.

Acara ini sangat bermanfaat sekali buat saya. Saya banyak mendapat informasi yang bagus bagi tumbuh kembang anak. Media gathering semacam ini menjadi begitu penting untuk terus diadakan agar blogger seperti saya dapat meneruskan informasi kesehatan kepada masyarakat. 
Nara Sumber Media Gathering RS Royal Progress


Mengenal Obesitas Pada Anak 

Menurut dr. Lucie obesitas adalah suatu keadaan dimana  terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Obesitas terjadi karena asupan energi lebih tinggi dibandingkan energi yang dikeluarkan. Mengonsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi ini disebut asupan energi tinggi sedangkan pengeluaran energi rendah akibat kurangnya aktivitas fisik dan sedentary lifestyle. 

Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak memiliki risiko tinggi disaat si anak dewasa. Anak akan rentan dengan penyakit metabolik dan penyakit degeneratif lain di kemudian hari. Obesitas bisa berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor genetik. Meskipun diduga berperan, faktor genetik tidak menjelaskan terjadinya peningkatan prevalansi obesitas.

Faktor lingkunganlah yang menjadi penyebab paling mempengaruhi obesitas pada anak. Contoh-contoh yang bisa kita lihat di lingkungan kita saja misalnya banyak anak yang kurang melakukan kegiatan fisik karena ruang bermain anak terbatas, ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang menyebabkan anak lebih senang bermain hp dan nonton televisi. Selain itu anak-anak sudah terbiasa dengan makanan siap saji atau makanan instan juga minuman manis seperti soft drink. Anak jadi kurang memakan serat yang penting untuk tumbuh kembang mereka. Padahal di masa tumbuh kembangnya anak sangat membutuhkan asupan nutrisi.

Psikolog Nadia Rachman dari RS Royal Progress Jakarta Utara

Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Obesitas

Yang namanya kelebihan berat badan pasti nggak nyaman. Jalan susah, gampang lelah, tak jarang anak obesitas sering sesak nafas. Dan penyakit generatif yang patut diwaspadai seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Penumpukan lemak di tubuh dan dalam dara pun bisa menyebabkan Hepatic Steatosis (Fatty Liver).

dr. Lucie juga menjelaskan kalau dampak yang ditimbulkan oleh obesitas bisa membuat anak mengalami pubertas lebih awal. Ini biasanya banyak dialami oleh anak perempuan karena ditandai dengan menstruasi dini. Ini terjadi karena ketidakseimbangan hormonal dan nantinya bisa menimbulkan masalah saat si anak dewasa. 

Obesitas dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan sendi, tulang dan sendi yang mengalami masa pertumbuhan belum memiliki kekuatan yang optimal, ini dapat merusak pertumbuhan tulang dan dapat mencederai tulang.

Dalam kehidupan sosial anak obesitas cenderung menjadi korban bully oleh teman-temannya dan ini menjadikan anak nggak percaya diri.


Gangguan Emosi pada Anak Obesitas


Gangguan emosi pada anak sebenarnya tak jauh berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. Hanya saja anak hanya memiliki satu tindakan berdasar keinginan tanpa mampu mengendalikan emosi yang dirasakannya. 

Anak pada umumnya tumbuh berkembang mengikuti apa yang mereka dapatkan dari kehidupan disekitarnya. Seperti dirumah, saat bermain dan bersekolah. Interaksi antar dalam keluarga sangat menentukan perkembangan emosi anak. 
Makanan yang memenuhi gizi yang cukup dan baik sangat di butuhkan anak
Sebab setiap kecenderungan yang menjadikan emosi anak menjadi marah atau kecewa akan berdampak pada nafsu makan yang tinggi. Seseorang yang sedang marah akan menghabiskan energi senilai 20 porsi lebih makanan sehari. Maka pastinya orang dewasa dan anak saat kecewa atau marah akan makan lebih banyak. 

Untuk itu, perhatian khusus terhadap perlakuan yang menggembirakan akan membantu anak tidak dalam kekecewaan atau marah dalam waktu yang panjang. Perilaku ini hanya bisa di berikan oleh orang yang berada dekat atau di sekitar anak dengan obesitas. Maka sangat penting keluarga di Indonesia memahami hubungan emosional dengan pola perilaku pada anak. Sehinga tidak mengakibatkan obesitas menyerang anak. 

Demikian
Salam
  


You Might Also Like

8 komentar

  1. Itulah sebabnya kalau lagi stres atau gusar, aku makannya lebih banyak, Mas Ono. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seringseringlah kecewa, nafsu makan pasti bertambah 😀

      Hapus
  2. Sekarang gak ada lagi deh bilang anak kecil yang gemuk itu lucu. Justru patut diwaspadai agar nantinya tidak berbahaya bagi kesehatan.

    BalasHapus
  3. Olahraga olahragaaaaa...kudu banyak geraak *elus piut xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak obesitas memang mesti sering diajak olahraga atau aktifitas fisik yang banyak bergerak tapi menyenangkan :)

      Hapus
  4. Banyak juga dampak dari obesitas ya Mas, apalagi sampai dibully itu bikin mereka merasa rendah diri. Sedih!

    BalasHapus
  5. Wah baru tau nih kalau emosi punya pengaruh terhadap nafsu makan anak.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!