Merayakan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Bareng Kemenkes

Oktober 11, 2019

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019


10 Oktober 2019 adalah sebuah hari perayaan yang unik. Buat saya sesuatu yang baru dan membuka cara pandang terhadap kesehatan jiwa. Bersama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia saya dan beberapa teman-teman komunitas Blogger Crony (BCC) berkumpul secara sederhana di ruang Naranta. Berbincang santai dan menyimak tentang Kesehatan jiwa.

Saya hampir kehilangan semua kata, sulit sekali untuk menulis. Bahwa berderet data statistik yang mencengangkan saya terima. Terlebih mendengar langsung kisah seorang ibu yang mengalami depresi pasca persalinan. Babyblues. Kesehatan jiwa serupa bayangan yang sulit di pisahkan dari tubuh. Kemanapun berdiri bayang-bayang itu ada dan sulit difahami. Terlebih bayang di cermin yang memantulkan gambar tubuh yang semuanya serupa. Lalu pun saya bertanya, sehatkah saya?

Data statistik yang mencengangkan 

Jiwa saya, raga saya, apakah sehat sebagaimana mestinya. Kesehatan fisik tak tebih berbahaya jika terganggu kesehatanya, di banding kesehatan jiwa yang terganggu. Lantas saya teringat suatu peribahasa. Mensana in korporasano. Didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Apa tidak terbalik? Alam fikir saya mencoba mendefragment lagi peribahasa tersebut. Sebab selama ini saya hanya memikirkan kesehatan fisik saja.

Memang membincang kesehatan jiwa dan fisik bagaikan membincang mana telur dan mana ayam. Tak akan habis dalam probabilitas alur ruang berfikir manusia untuk menggali lebih dalam siapa dirinya. Guna menggali lebih banyak pengetahuan yang pada ujungnya pertanyaanya tak menemukan apaapa. Seperti seorang pemikir katakan, "semakin menggali nilai realitas di sekitar, saya semakin tak tahu apapun". Semakin banyak yang diketahui semakin tak tahu apapun.

Masalah kesehatan jiwa yang saling terkait dan mempengaruhi

Memahami kesehatan jiwa, saya seolah diajak untuk melihat cermin. Seberapa banyak orang disekitar saya yang sama dengan keadaan saya atau sangat berbeda dalam hal perasaan dan pemikiran yang sedang saya alami. Saya mencari ukuran pembanding dimana saya berada. Dan akan saya lakukan sebisa saya untuk bisa menolong orang disekitar saya yang ternyata memiliki gangguan kejiwaan.

Narasumber Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kemenkes ki-ka : Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si, Novi Yulianty M. PSi, Dr. dr. Fidiansjah M. A, Sp.KJ, MPH

Untuk itu perlu dikenali siapa yang berisiko mengalami masalah psikologis berat atau gangguan jiwa seperti Depresi.  Yang biasanya dikenali dengan :
  • Adanya predisposisi kerentanan.
  • Adanya masalah hubungan awal yang tidak harmonis atau terputus dengan ibu (maternal deprivation)
  • Mengalami kekerasan, bullying, trauma, atau diskriminasi.
  • Minim dukungan sosial
  • Sejarah anggota keluarga bunuh diri
  • Mudah mendapatkan alat bunuh diri (misal; pil, tali, pistol)


Gangguan kejiwaan menjadi penyebab pada tindakan bunuh diri. Hal apa saja yang dapat mendorong suicidal ideation yang berkaitan dengan lingkungan sosial.

  • Kesepian
  • Merasa tidak dibutuhkan atau tidak berguna
  • "Lelah" dengan kehidupan
  • Putus asa
  • Tidak ada yang mendukung atau merasa tidak ada yang peduli
  • Merasa dijauhi teman atau kerabat
  • Perasaan tertekan


Risiko orang melakukan suicidal ideation dapat diperparah dengan perlakuan diskriminatif, judgemental "menyakitkan". Tulisan atau cerita tentang bunuh diri yang tidak tepat. Stigma yang terkait dengan kesehatan mental, penyalahgunaan zat atau perilaku bunuh diri yang mencegah orang mencari bantuan. Bahkan membicarakan pencegahan bunuh diri yang dianggap tabu dan menekankan arti "bukan urusan".

Bahkan juga dukungan dari idola seperti artis terkenal yang bunuh diri. Ada peristiwa bunuh diri di lingkungan sekitar rumah, terlalu banyak berita bunuh diri. Dan paling trend adalah adanya website bunuh diri, yang mendukung orang untuk mengambil keputusan untuk bunuh diri. (Ini paling konyol)

Beberapa hal yang menjadi tanda untuk dicermati jika seseorang terdapat hal berikut ini:
  • Bicara tentang bunuh diri
  • Bicara tentang alat-alat bunuh diri
  • Sulit makan atau tidur
  • Menunjukan perubahan perilaku yang drastis
  • Mundur dari teman atau kegiatan sosial
  • Kehilangan minat disekolah, pekerjaan atau hobbi
  • Mempersiapkan kematian dengan menulis surat wasiat dan membuat pengaturan akhir.
  • Memberikan barang berharga
  • Telah mencoba bunuh diri sebelumnya
  • Mengambil resiko yang tidak perlu
  • Baru-baru ini mengalami kerugian serius
  • Sepertinya disibukan dengan kematian dan sekarat
  • Kehilangan minat pada penampilan pribadinya
  • Meningkatkan penggunaan alkohol atau narkoba
  • Menyiapkan alat bunuh diri.


Waspadai juga pada anak dan remaja yang :
  • Pernah melakukan percobaan bunuh diri
  • Punya sejarah anggota keluarga yang bunuh diri
  • Orientasi seksual LGBTQ
  • Mengalami depresi atau gangguan psikiatri lain
  • Menggunakan alkohol atau narkoba
  • Perilakunya bermasalah
  • Impulsif
  • Mengalami bullying
  • Punya akses ke alat bunuh diri


Adanya tanda baik-baik saja padahal tidak. Perlu direspon secara serius.

Bisa dicegah!!!

Dengan dukungan sosial.
Dukungan instrumental berupa:

  • Guidance adalah dukungan sosial berupa nasihat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.
  • Realible alliance, merupakan jaminan bahan bantuan dari orang lain nyata dan dapat diandalkan ketika dibutuhkan

Dukungan Emosional berbentuk:
  • Reassurance of worth, dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu
  • Attachment, dukungan berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu
  • Social integration, dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta serta rasa memiliki
  • Opportunity to provide nurturance, dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain. Sejauh mana seseorang dapat menjadi sumber dukungan bagi orang lain.

Sejauh yang bisa saya lakukan sebagai sesama. Dapat mencegah dengan berinteraksi secara lebih positif, mengajak terlibat  dikegiatan-kegiatan positif dan menyenangkan. Cek interaksi di media sosial, kenali teman-temannya, lalu sembunyikan atau jauhkan alat-alat bunuh diri. 

Apalagi setelah mendengar secara langsung pengakuan seorang ibu yang mengalami depresi pasca persalinan, babyblues. Upayanya untuk keluar dari persoalan dirinya patut saya banggakan. Terlebih juga dari para suami sebagai orang terdekat. Juga dukungan komunitas seperti Mother Hope. 

Kita sebagai sesama mesti saling belajar untuk saling memahami, memberi respek satu sama lain. Suatu hal kecil kebaikan terhadap sesama akan sangat berarti menyentuh kesadaran paling tinggi. Untuk tetap tegak berdiri menjalani risiko kehidupan bukan sebagai beban. 

World Mental Health Day 2019
Salam.
Sadar dan peduli.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!