Perkembangan Metode Perawatan Terhadap Penyintas Kanker Payudara
Juli 14, 2018Stadium Kanker yang sudah berbahaya sejak stadium 0 |
Penyakit Kanker sudahlah tentu banyak di kenal masyarakat,
namun untuk mengenal sungguh seperti apa
penyakit kanker itu mungkin hanya segelintir saja. Seperti halnya saya, yang
tak banyak tahu dan selalu hanya mendengar atau membaca sekilas tentang penyakit
kanker.
Beberapa waktu lalu saya beruntung sekali, mendapat
kesempatan mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Roche. Mengenai edukasi
media tentang perkembangan baru dalam metode perawatan pasien penderita kanker. Rabu [11/7] di The Westin Hotel Jakarta.
Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak di temukan
pada perempuan di seluruh dunia. Setiap tahun terdapat 1,4 juta kasus kanker
payudara baru di dunia. Lebih dari
450.000 perempuan diperkirakan meninggal setiap tahunnya. Salah satu jenis
kanker payudara adalah kanker payudara dengan status HER2 ( Human Epidermal
Growth Factor Receptor 2) positif. Status HER2 positif sudah memasuki kanker
payudara yang sangat agresif dan dialami sekitar 15-20% pasien kanker payudara.
Tiga narasumber dan Roche |
Di Indonesia sendiri penyakit kanker payudara tercatat
dengan tingkat kematian tertinggi diantara kanker lainya. Pada tahun 2012
tercatat dalam perkiraan kanker payudara terjadi sejumlah 48.998 dengan angka
kematian 19.750. Kondisi ini memang disebabkan oleh rendahnya kesadaran
masyarakat dan merasa tabu akan kanker payudara. Menurut catatan medis Rumah
Sakit Kanker Dharmais hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit
dengan kanker stadium lanjut.
Prof. Dr. dr. H. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-KL(K), MARS, Direktur Utama RS Kanker Dharmais |
- Dr. dr. Nugroho Prayogo, SpPD-KHOM Staf Medis, Sub Divisi Hematologi-Ontologi Medik RS Kanker Dharmais dan RSCM
- Prof. Dr. dr. H. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-KL(K), MARS, Direktur Utama RS Kanker Dharmais
- Zr. Musrini S.ST Perawat RS Dr. Soetomo, Surabaya
- Dr. Diah Ayu Puspandari Apt., M. Kes, KPMAK UGM, Direktur Pusat Kebijakan Pembiayaan dan manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran UGM
Dr. dr. Nugroho Prayogo, SpPD-KHOM Staf Medis, Sub Divisi Hematologi-Ontologi Medik RS Kanker Dharmais dan RSCM |
Keempat narasumber ini menyampaikan tentang apa yang menjadi perkembangan dan harapan bagi kondisi penanganan Kanker di Indonesia. Nugroho Prayogo menyampaikan bagaimana penyakit kanker berkembang dan bagaimana kanker bisa dikenali sejak dini. Harapan beliau masyarakat Indonesia agar bisa menyadari sejak dini dengan memeriksakan diri jika terdapat tanda-tanda kanker pada tubuhnya.
Sementara Abdul Kadir sebagai Dirut RS Kanker Dharmais mengatakan sejauh ini perkembangan penanganan jauh lebih baik di banding sepuluh tahun yang lalu. Namun kesadaran disiplin waktu dan kemalasan para penyintas kanker untuk datang ke RS kanker masih rendah. Walaupun begitu RS Kanker Dharmais Jakarta berharap bisa menyetarakan diri dengan rumah sakit setingkat asia tenggara. Termasuk metode dan formulasi trastuzumab subkutan yang banyak mempengaruhi system manajemen dan pembiayaan pada penyakit kanker payudara.
Zr. Musrini S.ST Perawat RS Dr. Soetomo, Surabaya |
Hal ini juga disampaikan oleh perawat Musrini yang bertugas di RS Dr. Soetomo Surabaya, Bahwa metode dan formulasi baru trastuzumab subkutan sangat membantu dirinya dalam menangani perawatan pasien penyintas kanker. Dengan waktu yang hanya 5 menit untuk melakukan penyuntikan kepada pasien. Otomatis Musrini mampu melayani perawatan pasien bisa lebih banyak. Antrian pun bergerak lebih cepat.
Apa yang dirasakan di lapangan dengan temuan utama formulasi trastuzumab subkutan ini menyadari banyak hal perubahan dalam system manajemen keperawatan penyakit kanker. Seperti juga yang disampaikan oleh Diah Ayu Puspandari sebagai Direktur KPMAK bahwa dari perspektif kesehatan, dengan pendekatan tarif RS dalam perhitungan, biaya pemeberian trastuzumab subkutan hingga 18 siklus lebih hemat 35% dibanding dengan pemberian trastuzumab IV.
Dr. Diah Ayu Puspandari Apt., M. Kes, KPMAK UGM, Direktur Pusat Kebijakan Pembiayaan dan manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran UGM |
Dari perspektif layanan kesehatan dengan pendekatan human capital dalam perhitungan, biaya pemberian trastuzumab subkutan hingga 18 siklus lebih hemat 32% dibandingkan pemberian trastuzumab IV. Otomatis terdapat penghematan biaya yang meliputi : Penggunaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP). Menjadi lebih efisien pada proses tenaga kesehatan, tambah Diah.
Berbeda dengan trastuzumab IV sebelumnya yang di gunakan (metode infus) yang membutuhkan waktu 90 menit tentunya memakan waktu yang cukup lama. Sementara metode trastuzumab subkutan (suntik) hanya membutuhkan waktu hanya 5 menit saja.
Saya jadi teringat dengan quote seorang profesor yang pernah saya temui. Kalimatnya begini: "Sekecil apapun yang di lakukan bagi agent of change akan sangat bermanfaat dan berpengaruh besar". Nah hal ini terbukti, dengan adanya temuan utama yang baru pada perawatan pasien penyintas kanker. Besar dampak positif yang ditimbulkannya.
Demikian
Salam.
0 komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!