Oleh-oleh dari Telkom Craft Indonesia 2018

April 12, 2018

Salah satu spot di Telkom Craft Indonesia 2018

Melihat sebuah event pameran dengan sajian penuh booth UKM Asli Indonesia di Jakarta pada waktu lalu membuat seluruh tubuh dan indra saya merasakan sesuatu yang penuh spirit. Bahhhhh...selayaknya seorang motivator yang mendapat insight dan siap melahap audiens dengan kalimat-kalimat "sihir" nya. Jakarta Convention Center (JCC) [24/3] berlangsung perhelatan Telkom Craft Indonesia 22-25 Maret 2018.  

Dunia sekitar kita ini penuh pelajaran. Mulai dari hal kecil dan nampak sepele bahkan dari sesuatu yang sepintas lalu terabaikan dari begitu saja hingga memiliki pelajaran. Tentu saja pelajaran itu didapat oleh seorang perenung yang sedang mencari  sesuatu semacam "key" untuknya. Seperti pada seorang enterpreuneur misalnya. 

Penenun kain tenun baduy Banten

Menyusuri lorong booth demi booth dalam ajang Telkom Craft  Indonesia 2018 ini mengajak mata saya menyaksikan para pengusaha-pengusaha UKM bergeliat langsung dalam dunia mereka. Temu pandang antar penjual dan pembeli dan berlanjut hingga transaksi atau berlalu begitu saja dengan senyuman tanda terimakasih. Ada pengunjung yang mabuk asyik mashuk (baca: kalap) belanja. Ada pengunjung yang asyik melirik melintas sejenak menyentuh dan menyaksikan produk-produk dalam booth. Dan semuanya adalah pasar UKM yang hanya terjadi dalam satu event. Tempat semua transaksi perdagangan UKM secara masal dalam satu waktu bersama dan di satu tempat. 

Apa arti dari semua peristiwa ini dalam sebuah event?. Apalagi dalam sebuah event terbesar sepanjang tahun ini. Banyak!

Sebelum melangkah jauh, Sesuatu yang disajikan dalam Telkom Craft Indonesia ini juga menghadirkan market place Blanja.com. Suatu sudut alat berjualan dan bertransaksi melalui jejaring daring. Yang juga hadir disetiap booth dan  menyediakan layanan transaksinya. Ini juga menjadikan sebuah catatan kehadiran diriku sebagai seorang Blogger pada event ini. 

Apa sebenarnya hubungan antara Blanja.com dengan Telkom Craft Indonesia ini? Ternyata keduanya adalah sama-sama binaan dari BUMN  PT Telkom. Event offline bertambah dengan market place online dalam satu event. Sehingga kedua cara bisa dilakukan dalam waktu yang sama. 

Sebagai contohnya, saya yang hadir bersama istri melakukan kedua transaksi tersebut. Satu hal dikarenakan barang yang hendak dibeli tidak tersedia dalam market place. Yang satu laginya tersedia di market place Blanja.com. Ada alasan lain? Ada. Transaksi di Blanja.com sedang tersedia diskon khusus plus dari harga publishnya. Tentunya selain dari diskon yang sudah di berikan oleh booth peserta. Nah saya sendiri hadir pada dua booth dan cukup intens berada dibooth itu untuk sekedar berbincang dengan ownernya. Kedua booth tersebut adalah Kerajinan Perak dari Jogjakarta dan Salawase Bag dari Solo. 

Kerajinan Perak Queen Silver 


Dibooth ini saya termasuk berusaha sekuat upaya untuk bertemu ownernya. Sayangnya beberapa kali kembali ke booth tak berjumpa dengan ownernya. Namun penjaga booth yang datang dari Jogjakarta langsung memberikan beberapa informasi menarik yang dapat saya tulis disini. Sebut saja si mbaknya ramah dan murah senyum dan sangat sabar meladeni kami yang tanya ini itu. dan nyatanya setelah panjang lebar ownernya sudah balik Jogja. Tinggal dirinya bertugas di booth itu. Tentu saja alasan saya ke booth ini disebabkan ada sesuatu yang menarik dari sini.
Kerajinan Cincin Perak dari Kota Gede Jogjakarta

Secara pribadi saya tertarik mendatangi booth Kerajinan Perak ini karena alasan dahulu pernah punya cincin perak. Karena terkenang dan ingin punya lagi rasanya, hanya itu. Lalu di booth ini serasa melihat kembali gallery Kerajinan Perak di Kota Gede Jogjakarta belasan tahun lalu saat study tour. Kan masa SMA itu selalu berkesan yekan, dan beruntung saya pernah sekolah SMA. :).   

Kerajinan perak di Kota Gede Jogjakarta telah berlangsung turun temurun hingga tiga generasi. Dan booth ini menceritakan bahwa saat ini adalah generasi ketiga mereka yang menjalankannya. Si mbaknya yang masih muda mengatakan bahwa ownernya sendiri masih sebaya dengannya. Bahkan teman bermainnya sejak saat masih kecil hingga sekarang. Dan sekarang mereka menjalani bisnis ini bersama.

Karena saya tak sempat memotret disini, Istri saja yang mewakili yaa :)

Kerajinan Perak yang dijalankan oleh generasi ketiga dan masih muda ini tentu akan terus diuji oleh waktu. Dan juga akan selalu menghadapi tantangannya sendiri. Terutama saat bersentuhan dengan teknologi seperti marketplace misalnya. Kesiapan sumber daya manusia untuk bisa selaras dengan teknologi akan menjadi tantangan unik. 

Kehadiran market place ini menggiring UKM untuk menyentuh aspek lain seperti kreativitas yang juga mengandalkan teknologi demi pemasaran produk dan juga kemudahan teknologi yang berdampak langsung. Kesadaran pengusaha UKM kepada market place masih menjadi gap terutama oleh SDM nya yang masih bersentuhan langsung dengan transaksi offline. Ini terbukti bahwa kesiapan si mbaknya menggunakan market place masih terlihat gagap. Namun tentunya disinilah peran Blanja.com yang juga menerjunkan pendampingan saat permintaan transaksi melalui daring datang dari pengunjung event.  

Dan pengalaman berbelanja dengan dua cara dapat kami rasakan langsung pada event ini. Ketiga komponen transaksi yaitu, penjual, pembeli dan marketplace menjadi faktor utama proses penyatuan gaya hidup sosial masa kini. 

Berikutnya saya berlama-lama bincang denga booth yang unik dan menarik oleh pandangan saya sebagai Blogger untuk mengungkap sesuatu dari sini yaitu Salawase Bag.

Salawase Bag


Booth yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Sebagai Blogger saya ingin sekali menguak sebagian tirai dari sisi enterpreneur Salawase Bag. Walaupun tak seluruhnya tirai etalase dapat saya lihat semuanya. Alhamdulillah kesempatan untuk berbincang dengan ownernya termudahkan. Saat pertama kali datang dan hanya sekedar lihat, lalu kembali lagi saat itu ownernya sendiri yang sedang menjaga booth nya. Daan perbincangan kami pun berlangsung. 

Bagi mas Mamo, Salawase Bag adalah produk penuh cinta dan kebanggan dirinya bersama istri tercintanya. Meski bisnis bukan persoalan cinta namun bumbu cinta dalam kisah Salawase Bag serasa perlu saya ceritakan. Oiya mas Mamo adalah Direktur marketing dan promosi Salawase Bag sekaligus suami dari mbak yang saya tak sempat mencatat namanya (biarkan saja demikian). Sementara sang istri adalah perancang dan pembuat semua desain dan quality control dari seluruh produk Salawase bag.
   
Etalase booth Salawase Bag


Produk-produk Salawase Bag yang terpajang dalam booth sangat intuitif. Seluruhnya seolah berbicara inilah Asli Indonesia. Tas-tas dan hanya tas bergantungan tersanding dalam tatanan etalase yang unik, etnik dan modern. Keahlian mas Mamo sebagai seorang desainer arsitek juga sangat tajam dalam menampilkan set etalase bagi produk Salawase Bag di ajang Telkom Craft Indonesia kali ini. 

Salawase Bag sendiri baru berjalan tiga tahun hingga saat event ini. Namun perjalanannya sangat memberikan pelajaran dan motivasi penting yang dapat ditularkan kepada pelaku UKM lainnya melalui  tulisan ini. Mungkin tidak akan semuanya namun bagian kecilnya saja sudah dapat saya ambil pelajrannya. Menjalankan bisnis memang tak seperti saat sedang bercinta. Namun desain dan hasil karya bisa menghadirkan cinta. Keduanya saling melengkapi hingga batas logika dan rasa berjalan seiring bersama Salawase Bag. 

Bahhhh, kalimat terakhir di paragraf diatas ini kalimat saya lhhoo..yang mengalir begitu saja saat artikel ini saya buat. Sebab begitulah rasa dan suasana hati saya ketika mas Mamo sangat erat berbincang hangat di tengah riuh redam pengunjung Telkom Craft Indonesia di JCC ini.
     
Mas Mamo dan Istri 

Untuk tetap bertahan dengan konsep hanya membuat dan menjual tas hingga tiga tahun tentu saja sebuah perjuangan. Jika saja itu diukur dengan permodalan BEP (Break Event Point) mungkin di tahun ketiga inilah sebuah keputusan untuk terus berjalan atau berhenti dihadapi. Benar sepertinya atau tidak? mungkin ada teori enterpreneur lain yang dapat membantahnya.   

Menguak arti dari nama Salawase. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, Sala artinya Solo yang berarti sebuah tempat yang di tambah kata wase dari lawas yang berarti waktu. Sehingga jika di gabungkan Salawase berarti Selamanya. Aktual dan ear cathing saat mendengar dan eye catching saat melihat tulisan itu terpampang dalam tag di produk hasil karya mereka.

Bahan-bahan etnik dan unik menjadi unsur utama dalam setiap detail produk Salawase bag. Ada kain lurik, batik, Ulos, Tenun berpadu dengan bahan material industri kulit yang modern. Keuntungan besar sebagai Orang Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan seni yang membuat Salawase mampu mendesain dan menghasilkan produk yang Proudly. Sebagai karya Asli Indonesia yang membanggakan juga turut menyebarkan kearifan masyarakatnya. 

Meski diungkapkan oleh mas Mamo sendiri, untuk terus berjalan dengan konsep yang konsisten dan memiliki karakter idealisme dan realisme secara terus menerus sangat berat dan penuh tantangan. Terlebih kompetitor di luar sana juga menjadi sesuatu yang membuat kehati-hatian dan menjaga ciri khas keunikan Salawase Bag itu sendiri. Namun kita sebagai pelaku UKM mesti tetap optimis dan terukur dalam setiap mengambil keputusan bisnis. Sehingga apa yang sudah menjadi visi bisnis dan karya tetap dalam keselarasan. 

Mungkin hanya ini dahulu sesuatu yang dapat saya tulis dan hadirkan sebagai oleh-oleh insight kepada para pelaku UKM, atau juga calon UKM. Sedikit banyaknya jika ada yang berkenan ambillah sebagai pelajaran. Jikapun ada yang kurang berkenan maka ingatkan dan maafkan yaa. Dan jika memungkinkan kita akan berjumpa pada tulisan lain.

Demikian, 

Salam.       

Fhoto Bersama di booth Blanja.com
Ahhh mengenang masa kecil, Bermain Engrang :)





You Might Also Like

11 komentar

  1. Aku selalu seneng liat2 kerajinan gini nih mas, apalagi yang sampai berhasil menembus pasar intetnasional.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut merasa bangga yaaa serasa produk sendiri.

      Hapus
  2. Ngeliat Mas Ono maen engrang jd inget Kidz Zaman Old... Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, ini lagi back to childs, naif yaa :)

      Hapus
  3. Aku salfok sama barang2 yng dijual, berasa mau ngeborong, insting emak2 hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. siapkan dompet, jaga supaya tak terbukaa, mana bisaaa kalo disiiinii hehehe

      Hapus
  4. Seneng dan bangga klo produk lokal jd raja di negeri sendiri. Apalagi klo disupport sama marketplace lokal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Marketplace nya juga mesti lokal yang go global yess :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!