Kemiskinan dan Kedaruratan Perspektif Filantropi Dompet Dhuafa

Februari 25, 2023

Berkah jadi Blogger 


Menjadi seorang blogger adalah berkah tersendiri buat saya. Karena dengan menulis di blog ada banyak manfaat yang dapat saya terima dari berbagai aktivitas yang terus menerus berbeda disetiap kegiatan. Dan kali ini saya kembali berbahagia karena bisa berkesempatan menghadiri acara diskusi publik bersama lembaga Filantropi Dompet Dhuafa. Membicarakan tentang kemiskinan dan kedaruratan yang menjadi problematik di seluruh dunia dan khususnya juga di Indonesia. Sebuah talk show dalam menyambut bulan suci Ramadan 1444 H yang dalam hitungan kalender tidak sampai sebulan lagi. Dompet Dhuafa bersama beberapa narasumber yang sangat kompeten di bidangnya memaparkan ulasan menarik seputar perkembangan dunia filantropi di Indonesia. 


Talkshow dibagi dalam dua sesi dengan tema yang berbeda. Sesi pertama menghadirkan pembicara dari MNC, Baznaz, Direktur Komunikasi dan teknologi Dompet Dhuafa dan Kang Ade petani berdaya dari Lembang Bandung. Di sesi pertama ini membicarakan kedaruratan dan kemiskinan, Sesi kedua menghadirkan Bank Jago Syariah dan Direktur Digitalisasi Dompet Dhuafa untuk membicarakan digitalisasi dalam tubuh lembaga filantropi seperti DD. Dua tema yang sangat menarik untuk di simak dan akan sedikit saya review dalam sehelai tulisan blog ini. Beruntungnya saya bahwa membersamai moment ini tepat menjelang bulan Ramadan yang penuh berkah. 



Dalam talk show ini saya mendapati ilmu yang sangat bermanfaat sekali. Paparan narasumber yang sudah sangat kompeten ini menambah nutrisi literasi tentang penanganan kemiskinan dan kedaruratan di era digital seperti saat ini. Paparan Direktur Komunikasi DD sebagai narasumber pertama mengatakan persoalan komunikasi penanganan kedaruratan dan kemiskinan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah akses informasi yang cepat dan berimbang. Berimbang dalam arti ketika ada dua musibah kedaruratan gempa di Cianjur dan gempa yang terjadi di daerah terpencil seperti di sebuah pulau di Sulawesi proporsi berita semua tertuju pada gempa Cianjur, padahal disaat yang sama ada gempa juga yang terjadi di Sulawesi yang tak muncul dalam pemberitaan. Di sinilah peran lembaga Filantropi untuk bisa memberikan  perhatian yang sama untuk penanganan kedaruratan tersebut. 


Kemiskinan dan kedaruratan harus dipahami sebagai sesuatu yang berbeda dan strategi yang tepat dalam membuat pola distribusi bantuan. Sehingga sinergitas diperlukan. Baik pemerintah, lembaga dan setiap unsur masyarakat lainnya. Penanganan bantuan dan keberlanjutan hingga keberdayaan menjadi rantai yang wajib dijaga oleh semua sinergitas. Sesuai dengan bidang dan kapabilitas unsur masyarakat. Baik pemerintah sebagai regulator maupun pihak-pihak yang mengambil peran dalam penanganan dan kemiskinan dan kedaruratan. Lembaga Filantropi seperti Dompet Dhuafa merupakan bagian dari sistem sinergitas bersama lembaga terkait serta seluruh komponen. Upaya yang terus menerus dalam menebar manfaat yang dilakukan DD tidak hanya pada penyaluran distribusi bantuan disaat kedaruratan saja, atau pada bantuan pertama pada kemiskinan. Tetapi juga pada pemberdayaan sampai titik penerima bantuan bisa berubah menjadi lebih berdaya. 


Pernyataan ini di amini oleh Gaib sebagai pelaku kehumasan dan juga pribadi yang mengamati giat pelaku filantropi di Indonesia. Ya kita tahu banyak lembaga filantropi di Indonesia yang masih belum memiliki standar yang baik dalam menjalankan roda organisasinya. Seperti misalnya penyebaran banner penggalangan dana yang terlalu cepat ketika sesaat berita kebencanaan hadir. Kemudian juga pada hal maraknya spam permintaan donasi dari sebuah lembaga yang masuk ke whatsapp kita yang mungkin kita pernah berdonasi sekali namun setiap kali selalu mendapat spam notifikasi diwatsapp. Hal ini menurut Gaib adalah sesuatu yang kurang etik dengan karakter orang Indonesia. Orang Indonesia itu biasanya kalau ingin berdonasi ya itu suka sembunyi-sembunyi gitu. Iya kan yaaa....hehehe. Dan memang yang terjadi kita jarang menerima pemberitahuan dari penyalur donasi laporan penyaluran distribusi bantuan yang sudah dilakukan. Tranpsparansi masih jadi PeEr. Kemudian gaib juga menyampaikan sebuah otokritik bagi lembaga Filantropi bahwa sebuah trust atau kepercayaan masyarakat itu harus menjadi prioritas tinggi yang harus dijaga. Sebab kita sudah menjadi kecewa dengan sebuah lembaga yang memanfaatkan dana bantuan itu untuk kekayaan pribadi. Lembaga Filantropi saat ini yang masih bisa menjadi ujung tombak dalam menjaga kepercayaan tersebut adalah Dompet Dhuafa. 


Tira Maulana yang hadir sebagai peneliti dari IDEAS memaparkan bagaimana research mengentaskan kemiskinan dengan berbagai penyebab dan kasus yang masih terus terjadi hingga saat ini. Mata rantai kemiskinan menjadi tantangan yang di hadapi oleh lembaga Filantropi dan sinergitas. Seseorang bisa miskin dan terus berada dalam lingkaran kemiskinan yang disebabkan faktor keturunannya. Misal terlahir dsri6 keluarga miskin dan setelah dewasa juga masih hidup dalam kemiskinan. Hal ini merupakan kondisi yang mesti mendapat pemberdayaan dengan penuh perhatian. Kemiskinan yang ditanggulangi tidak boleh sebatas dalam satu aksi pertama yang tidak menuntut keberlangsungan setelah bantuan pertama yang sampai kepadanya. Ini merupakan cita-cita bersama yang harus bisa terpenuhi dengan sinergitas antar pelaku filantropi dan semua unsur. Baik regulator seperti BAZNAZ, lembaga Filantropi dan masyarakat terutama donatur. 

Kehadiran narasumber berikutnya adalah Kang Ade dari Desa Tani yang bercerita tentang kehidupannya sebagai petani di daerah Lembang Bandung. Dirinya ingin menghilangkan stigma buruk yang masih menempel dalam sebagian masyarakat bahwa petani itu bodoh, miskin, tak berpendidikan. Dan dirasakan oleh seorang petani sehingga tidak memiliki kebanggaan dan kepercaya diri yang kuat sebagai seorang petani. Dengan itu beliau membuktikan dengan dirinya bersama Desa Petani di Lembang bisa mewujudkan kemerdekaan petani untuk memutuskan menjual langsung kepada pembeli dengan harga yang tinggi. Tidak seperti menjual kepada tengkulak yang memberikan nilai kecil dari hasil tani. Kang Ade juga bersyukur melalui perkembangan teknologi ini sangat mendukung produktivitas petani dan bisa berkegiatan layaknya seorang profesional. Dengan bisa melakukan banyak hal, Kang Ade juga bisa melakukan penyiraman tanaman walaupun berada jauh dari lahan. Kang Ade bersama Desa Petani juga terus melakukan pendekatan kepada generasi Z untuk bisa menyukai kegiatan bertani. Juga terus memberikan edukasi literasi yang baik bagi petani di Desa Tani. Untuk berbagai aktivitas di Desa Tani tergolong sangat modern sekali. Seperti adanya lapangan olahraga di tengah kebun dan spot menarik yang instagramable. 


Dalam sesi kedua, kehadiran dua narasumber dari pelaku keuangan digital juga menambah sinergitas yang patut terus di apresiasi. Kemudahan dalam mengumpulkan donasi dan juga mendistribusikan bantuan dengan peran teknologi digital yg dimiliki Bank Jago Syariah. Kemudahan dari berkembangnya teknologi digital sangat memberikan kemudahan bagi lembaga Filantropi dan  semua sinergitas.

Menutup catatan diskusi publik di Tigalima Coffee di Jl Wahid Hasyim ini saya ingin menyampaikan terimakasih yang sebesarnya untuk terus membersamai kerelawanan untuk solidaritas lintas batas hingga sampai saat ini. Bagi saya yang jarang bersentuhan dengan kerelawanan hadir dalam forum ini merupakan kebekahan tersendiri. Seolah terus ingin menebar manfaat kepada siapapun. Semoga tulisan ini menjadi bagian kecil yang juga memberi manfaat ya. Buat pembaca yang ingin menyalurkan ZISWAF melalui Dompet Dhuafa dengan cara yang sangat mudah. 





You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!