Perempuan yang Ibu dan Lelaki yang Bapak

Desember 10, 2019


Memahami issu gender memasuki bulan Desember dimana pada setiap tanggal 22  Desember diperingati sebagai Hari Ibu jadi menguak kembali. Bagaimana peran perempuan sebagai ibu dan lelaki sebagai bapak. Istilah ibu dan bapak memang sudahlah biasa kita dengar, namun mengerti maknanya dan memahami seorang ibu dan seorang bapak tidaklah semudah yang dibayangkan. Disinilah gender meletakkan dinamika hubungan antar keduanya ditengah komunitas yang lebih luas yaitu negara.

Peringatan Hari Ibu adalah bagian dari upaya menggali kembali makna Ibu dan peran gender dalam skala nasional. Hari Ibu sendiri ditetapkan oleh Presiden Sukarno, melalui Kepres nomor 316 tahun 1959, tentang Hari-hari nasional yang Bukan Hari Libur. Mengingatkan kita pada 91 tahun yang lalu, 22 Desember 1928, pada saat Kongres Perempuan Indonesia digelar. 

Kongres yang membahas peran perempuan, sekaligus menjadi kali pertama diadakan di Indonesia bertempat di Yogyakarta. Kongres ini menjadi momen penting, telah diukir dengan tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Perempuan-perempuan hebat, berasal dari 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Mereka bersepakat, menyatukan semangat dan berjuang menuju kemerdekaan.

Menjelang peringatan Hari Ibu tahun ini, VIVA menggelar acara VivaTalk, “Perempuan Berdaya Indonesia Maju, Perempuan di Era Digital” yang diadakan di Hotel Millenium, Jakarta pada tanggal 3 Desember 2019 dengan menghadirkan narasumber Bapak Indra Gunawan selaku Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia, Bapak Eko Bambang Sudiantoro selaku Chief of Research at Polmark dan Aliansi Laki-Laki Baru, Dr. Sri Danti Anwar selaku pakar gender dan Diajeng Lestari selaku founder dan CEO Hijup. 

Henky Hendranantha

Dalam sambutannya, Bapak Henky Hendranantha selaku Chief Operating Officer (COO) VIVA Networks menjelaskan latar belakang Vivatalk diadakan agar masyarakat semakin sadar dan peduli dengan kesetaraan gender, bahwa laki-laki dan perempuan tak ada perbedaan dalam hal menempuh pendidikan, mendapatkan pekerjaan yang layak, juga dalam lingkungan sosial. 

Negara kita akan menghadapi bonus demografi tahun 2030-2040 mendatang. Untuk itu sudah saatnya memberi dukungan kepada perempuan agar menjadi perempuan mandiri dan berdaya tangguh. Bagaimana pun perempuan menjadi seorang ibu dari anak-anak kita generasi bangsa dan perempuan adalah pendidikan pertama bagi anak. Dukungan terhadap perempuan juga dilakukan Viva dengan membuat platform khusus perempuan. Ini memberi kesempatan dan peluang kepada para perempuan untuk beradaptasi dengan teknologi digital. 

Indra Gunawan

Bapak Indra Gunawan menjelaskan bahwa saat ini isu perempuan dan anak menjadi fokus utama, baik itu isu stunting, kematian ibu, kawin paksa, sampai kekerasan dalam rumah tangga. Bicara kesetaraan gender sudah menjadi pembahasan di seluruh dunia. Bahkan pada Konferensi Wanita sedunia ke-4 di Beijing tahun 1985 menghasilkan Beijing Platform for Action, yang isinya tentang 12 critical area bagi perempuan dan selanjutnya menjadi perhatian dunia. Kesetaraan gender juga tertuang dalam salah satu dari 17 item Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs tahun 2030) dan poin ini terdapat pada tujuan ke-5.

Cinderamata dari VIVA untuk KPPPA 

Bapak Eko Bambang Subiantoro memberikan paparan mengenai konstruksi gender. Menurutnya konstruksi gender inilah yang sering memisahkan kemampuan laki-laki dan perempuan. Laki-laki dianggap lebih rasional, aktif, produktif, dan memimpin. Sedangkan perempuan dianggap tidak rasional dan reproduktif. Tetapi sejak hadirnya teknologi digital tidak adalagi sekat-sekat sosial, karena digitalisasi menjadikan setiap individu semakin kreatif termasuk perempuan. 

Era digital memudahkan setiap orang mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tanpa batasan. Para perempuan juga bisa dengan mudah mendibrak akses-akses yang selama ini tertutup. Dengan begitu kedepannya perempuan bisa menjadi perempuan berdaya tangguh yang maju secara finansial. Semua ini akan berjalan lancar selama lingkungan kita memakai perspektif yang sifatnya setara. 

Dr. Sri Danti Anwar (tengah) dan Eko Banbang Subiantoro (kanan)

Dr. Sri Danti Anwar selaku pakai gender mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa kodrat dan gender itu tidak sama. Kodrat adalah given atau pemberian sedangkan gender hanyalah peran. Kodrat setiap perempuan adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Sedangkan lelaki kodratnya membuahi. Jadi kalau masih ada yang mengatakan kodrat perempuan adalah dapur, sumur, dan kasur, ini sama sekali tidak benar. 

Konstruksi gender sendiri menurut Dr. Sri Danti bisa diubah tergantung kepada komitmen bersama. Dalam rumah tangga, suami dan istri bisa berbagi peran atau berbagi tugas. Nggak ada yang aneh soal berbagi peran. Makanya penting sekali mencari pasangan yang bisa diajak kompromi dalam hal berbagi peran. 

Diajeng Lestari

Diajeng Lestari menanggapi peran perempuan di era digital nggak hanya jadi konsumen saja, tapi lebih kreatif lagi untuk menjadi produsen. Karena kalau para perempuan lebih produktif lagi, bisa jadi value bagi ekonomi negara. Diajeng membagikan tips sukses menjadi perempuan berdaya di era digital. Menurut Diajeng agar menjadi perempuan berdaya terutama bagi yang beragama Islam, jadikanlah agama sebagai value dan jadikanlah Nabi Muhammad SAW sebagai inspirasi. 

VIVATalk siang itu menambah wawasan saya sebagai seorang lelaki sekaligus suami. Meskipun sebagai suami saya merasa lebih punya tanggung jawab besar terhadap keluarga tapi saya selalu menjadikan istri saya setara. Tidak pernah ada larangan untuk istri yang ingin berkembang dan terus mencari ilmu. Karena saya yakin saya dan istri memiliki tujuan dan niat yang sama untuk masa depan keluarga yang lebih baik. Perempuan yang Ibu dan Lelaki yang Bapak.

Salam.


You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!