Air Tanah dan Jakarta

Oktober 17, 2019

Visit Sumur Pantau yang ada di linkungan Kantor Kementerian ESDM di Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta. 

Jakarta adalah kota kita tercinta, tempat semua aktivitas penduduk menjalankan kehidupan sebagaimana mestinya. Setiap orang bekerja dan berusaha menjalankan peranya dengan semua dinamikanya. Jakarta itu kota yang unik, hampir semua permasalahan umum di dunia di semua kota-kota besar ada disini. Salah satunya adalah sumber daya air, yaitu Air Tanah.

Ada apa dengan air tanah di Jakarta? Sepertinya tidak ada yang salah. Biasa saja atau beberapa orang mulai menyadari ada sesuatu dengan kondisi air tanah di Jakarta? Baiknya saya mendapat kesempatan mengikuti acara Media Gathering yang di selenggarakan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang di adakan pada hari selasa 15 Oktober 2019 bersama komunitas blogger Indonesia Sosio Blogpreneur (ISB). Di ruang Sarulla kantor KESDM di Jalan Medan Merdeka Selatan. Acara di buka oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dan lalu kemudian dilanjutkan dengan paparan Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar. Beberapa informasi penting dari kondisi air tanah Jakarta terkini saya dapatkan dan kali ini saya bagikan dalam tulisan sederhana ini.

Menteri ESDM Ignasius Jonan

Kalau saya gak ikut acara ini mungkin gak akan banyak tahu soal keadaan air tanah di Jakarta terkini. Air tanah adalah sumber daya paling vital bagi sebuah kehidupan. Air menjadi kebutuhan paling dekat dengan umat manusia dimanapun. Air tanah menjadi sumber air tawar (fresh water) terbesar dibumi, dengan perbandingan rata-rata 50% penduduk bumi bergantung pada air tanah untuk kebutuhan dasar. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga 70% dari air tanah.

Sementara di Jakarta kebutuhan air bersih diperkirakan mencapai 846 juta meter kubik per tahun. Layanan air PDAM Jakarta hanya mencapai sekitar 62% sisanya dipenuhi dari pengambilan air tanah sebesar 38%. Penggunaan air tanah ini tentu terbilang cukup besar dan akan menimbulkan ancaman bagi kualitas air tanah dan juga menyebabkan penurunan tanah (landsubsidence) dan intrusi air laut. Pengambilan air tanah berlebihan selain mengakibatkan penurunan muka air tanah. Menambah sebabnya juga oleh kompaksi tanah secara alamiah, pembebanan akibat pembangunan dan geotektonik . Terekam pada tahun 2013 di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta sekitar kurang dari 45 m.dpl dan pada tahun 2018 mengalami perubahan positif terpantau permukaan tanah terendah pada level kurang dari 35 m.dpl. Laju penurunan permukaan tanah tertinggi yang terukur oleh alat GPS Geodetik adalah 12cm per tahun di daerah Ancol Jakarta Utara.

Membaca statistik geologi memang agak sedikit rumit untuk memahami bagi masyarakat secara luas. Seperti pertanyaan saya sendiri apakah betul penurunan permukaan tanah sepenuhnya akibat air tanah yang di ambil terus menerus? Jika benar seperti itu berarti kita berada di tanah Jakarta yang berisi air sepenuhnya yang menopang kota ini. Semakin kita sedot airnya semakin turun tanahnya. Dan yang akan terjadi kita dapat tenggelam bersama-sama. Analogi sebuah gelas air yang sedang di minum dan lalu kita tenggelam dalam air kita sendiri menjadi lucu, tentu bukan seperti itu yang dimaksud.


Tetapi setelah menyaksikan sebuah video liputan BBC mengenai kehidupan warga Jakarta di wilayah Jakarta Utara persfektif saya mulai berubah. Wilayah utara Jakarta adalah wilayah CAT yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kehidupan di beberapa titik terlihat sangat tidak biasa. Tembok pembatas yang di buat untuk menahan laju intrusi air laut tampak begitu rentan. Sebuah benteng yang mudah sekali jebol dan dan langsung masuk ke pemukiman padat penduduk. Warga disana terlihat biasa saja, menjalani hari seperti biasanya. Dan menceritakan pengalaman banjir dari air rob Laut Jawa yang biasa terjadi setiap tahun. Di beberapa titik lainnya jalan beton sudah digenangi air hampir mirip dengan banjir meski tiada hujan. Sekali lagi saya menyaksikan kehidupan yang santuy, sesantuynya kehidupan warga dalam video itu. Orang berjalan menyusuri sisi jalan atau sungai yang hampir tiada beda. Tampak seorang pemulung berjalan santai dijalan yang bergenangan air. Serasa dirinya faham betul mana batas aliran drainase dan aliran air genangan jalan.

Video tersebut berbicara lebih banyak dari kata-kata yang tertulis dalam bekdrop acara SELAMATKAN AIR TANAH JAKARTA, "SEKARANG atau TUNGGU JAKARTA TENGGELAM". Video ini tersedia di youtube terlampir dalam embed. Video ini pun yang diajak ditonton bersama oleh Menteri Jonan. Dan dalam sambutannya secara lirih pelan mengatakan "tidak menarik ya" intonasi yang pelan namun penuh kegeraman dengan realitas yang ada. Namun pernyataan ini juga dibarengi dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan KESDM bersama langkah Gubernur Jakarta.

Peta Konservasi air tanah tahun 2018

Kondisi permasalahan pengelolaan air tanah di Jakarta yang sangat kompleks tersebut telah dilakukan sejak tahun 2013 melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi dengan membentuk Balai Konservasi Air Tanah di Jakarta dan beroperasi mulai tahun 2014  dengan tugas khususnya mengelola air tanah di CAT Jakarta. Untuk lebih banyak melibatkan semua stakeholder terkait dan dan lebih serius upaya penanganan permasalahan air tanah Jakarta.

Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) Badan Geologi melakukan tugas sebagai berikut:
  • Melakukan pemantauan kondisi air tanah Jakarta
  • Pemantauan penurunan permukaan tanah
  • Optimalisasi upaya konservasi dengan pengembangan teknologi konservasi
  • Pelayanan rekomendasi teknis
  • Pelayanan data serta informasi air tanah secara elektronik.
Teknologi yang bisa di lakukan pengecekan secara real time di setiap sumur pantau BKAT

Monas atau Monitoring Groundwater and Subsidance, aplikasi berbasis android di sumur pantau yang terletak di lingkungan kantor KESDM.


KESDM bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta melakukan pengetatan pengambilan air tanah dan penindakan terhadap pengguna air tanah yang tidak sesuai aturan. Hasilnya sedikit banyak menunjukan hasil yang positif, adanya kenaikan kedudukan muka air tanah dibeberapa tempat wilayah utara CAT Jakarta. Seperti pada catatan yang terekam di kawasan JIEP Pulogadung terpantau melalui sumur pantau Badan Geologi tahun 2016 tercatat kenaikan muka air tanah berada pada posisi -2,46 m.dpl hingga tahun 2019 tercatat kenaikan muka airtanah mencapai 2,45 meter dan muka air tanah terkini berada pada posisi -20,01 m.dpl. Hasil pemantauan kualitas air tanah pada 277 titik sumur pengamatan memperlihatkan bahwa akuifer tertekan dengan kedalaman 40-140 meter memiliki potensi air tanah dengan kualitas lebih baik dibandingkan dengan akuifer tidak tertekan (kedalaman 0-40 meter). Titik pengamatan tersebut didapat dari sumur gali, sumur pantek, sumur produksi dan sumur pantau. Tahun 2016 BKAT juga melakukan uji infiltrasi di 70 titik pengukuran untuk mengetahui seberapa cepat air hujan dapat meresap kedalam tanah atau akuifer, dari hasil pengukuran laju infiltrasi di wilayah CAT Jakarta berkisar antara 7,18 x 10-5  sampai   7,18 x 10-2 cm/detik dengan kategori infiltrasi tanah sedang -- lambat. Berdasar hasil tersebut perlu dilakukan upaya pengembangan teknologi artificial recharge seperti pembuatan sumur resapan, sumur imbuhan, biopori dan kolam resapan untuk membantu proses peresapan air hujan kedalam akuifer agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan melihat resapan di wilayah CAT Jakarta sudah semakin sedikit dikarenakan pembangunan yang semakin pesat setiap tahunnya.

Lalu bagi kita apa yang harus kita lakukan untuk menjaga air tanah Jakarta?
Mengurangi penggunaan air tanah atau menggunakan air secara bijak dengan beberapa perilaku seperti berikut :
  • Pakailah shower saat mandi, secukupnya
  • Matikan kran wastafel saat gosok gigi
  • Laundry saat sudah banyak
  • Gunakan air toilet secara bijak
  • Tampung air saat mencuci piring tanpa terus menerus membukan kran faucet
  • Siram tanaman selain siang hari, cukup pagi dan sore saja.


Mari memulai dari diri sendiri, meskipun kecil langkahnya semoga bisa membawa dampak perubahan lebih baik. Perilaku hemat air sangat membantu memanfaatkan sumber daya air dengan lebih bijak, semakin ramah dengan alam. Selamatkan air tanah Jakarta, atau tunggu Jakarta tenggelam. 

Demikian.
Salam.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!