Jika StartUp Dapat Modal, Investor Dapat Apa?
April 13, 2016
Jelang malam saat-saat sibuk reda, dan lamunan panjang
merenungi hidup melintas, meliuk-liuk dalam pikiran. Ah..penggambaran yang
dramatis bagi saya melewati sore itu di
sebuah resto Beranda 52 yang berlokasi di kawasan CBD Bintaro Tangerang
Selatan. Saat hari menuju gelap yang menghamburkan aneka rasa emosi dan pikiran
saya. Menjalani hidup menjadi manusia . Heu..heu.. sastra nian kalimatnya.
Bagai petualang yang hinggap ketika langkahnya terhenti tanpa tahu alasan
apapun. Di sini, di Beranda 52 sebuah pertemuan terjadi. Sherink &
presenthink sociopreneur menjadi tajuk obrolan ini.
Seorang lelaki sedikit basah tertimpa hujan deras
memasuki arena sherink. Ia segera
mengucap salam sapa kepada dua orang yang duduk dimeja menyambut kehadirannya.
Setelahnya mengisi beberapa lembar kertas kehadiran lelaki itu lantas
menuju kursi-kursi bagi para tetamu yang
telah tersedia. Kemudian lelaki itu mencari tempat duduk lalu melepas pandangan ke sekitarnya.
Tak sulit bagi ia menemukan tempat duduk yang membuatnya nyaman. Keramahan
beberapa orang yang berpagut temu memberi tatapan bersahabat yang mesra.
Kemudian lelaki itu melepas rasa hausnya, disambarnya gelas kecil air minum yang
sengaja terhidang bagi siapa tetamu yang hadir. Sementara lalu dua orang pemain
musik sepertinya sedang bersiap menyanyi.
Suara musik mengalun kadang pelan kadang menghentak
mengharap atensi pengunjung sherink.
Akustika musik dan nyanyian memenuhi ruang mengisi riuh rendah
suara-suara orang berbincang. Santai. Sebelum berbincang yang memang santai
dirancang. Aku pun lebur dalam suasana itu. Musik yang dimainkan menggiring
masuk arena sherink dan presenthink. Lalu seorang pemegang
kendali pedati eh maksudnya kendali acara alias host menyeruak menyapa para
hadirin dan hadirot penuh semangat. Maka
sherink dan presenthink pun mengalir seperti air.
Empat kesatria rimba entepreneur (heu..heu..)telah bercokol diatas level. Duduk
riuh rendah penuh passion ciiieeeeee. Mereka lah 3 orang expert dan 1 orang penguasa paling memahami di bidangnya
masing-masing. Mereka menyampaikan hal
yang berkaitan bidang mereka sesuai latar belakang dan tugas yang mereka
kerjakan, dalam obrolan shering dan presenthing yang kali ini mengedepankan sociopreneur. Gabungan dua kata socio dan entepreneur agar keduanya menjadi fokus pembahasan yang bisa di
sinergikan dan menjadi kesatuan lingkar sistem kerja dan teknis pada harapan
yang hendak di capai dalam shering malam ini. Mereka adalah 1. Dondi Hananto, Founder Kinara 2. Dessy Aliandrina,
Head of Technopreuneurship Surya University, 3. Iqbal Hariadi, Storyteller KitaBisa 4. Hari Sungkari, Deputi BEKRAFT.
Keempatnya bergilir menyampaikan sepenggal awal pemikiran
dan pengalaman sesuai kondisi kini. Pertama adalah Bapak Hari Sungkari sebagai
Deputi BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif- kini memnag sebagai badan khusus yang
dibentuk pemerintah Jokowi untuk membadani Ekonomi Kreatif yang tumbuh begitu
pesat). Beliau menyampaikan Kapasitas BEKRAF dan kondisi regulasi saat ini yang
terus berkembang dan mencoba mengimbangi geliat pelaku ekonomi kreatif di
seluruh indonesia. Beliau secara sederhana meyampaikan bahwa BEKRAF (baca; pemerintah)
itu gak pinter tapi punya kuasa dan uang sambil sumringah dan memancing senyum
hadirin wal hadirot. Hehe. Namun kesederhanaan pernyataan beliau sesungguhnya
menetapkan konsensus bahwa negara akan hadir pada pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi kreatif apalagi pada dampak yang langsung terasa pada tingkat
kesejahteraan rakyat indonesia. Untuk itu BEKRAF berharap sinergitas semua lini
regulator bersikap luwes terhadap perkembangan ekonomi kreatif saat ini.
Host kemudian
mempersilakan pemikiran kedua meluncur dari Bapak Dondi Hananto, Founder Kinara
sebagai Capital Ventura Investment. Secara lugas penuh gelitik beliau langsung
membuat sebuah pertanyaan “ Jika Investor memberi modal, Lalu Investor dapat
apa?” . pertanyaan inilah yang kemudian saya jadikan judul pada tulisan saya
ini. Kemudian beliau juga menyampaikan beberapa hal yang berkaitan lingkup
investasi dan karakteristik kinara sebagai capital ventura. Sepanjang beliau menjalani entepreneurship
beliau mencatat bahwa kini start up
bertumbuh pesat namun secara statistik dapat di katakan 90 persen starup GAGAL dan hanya 10 persen yang berhasil. Penyebabnya dikarenakan yang 90 persen ini
gagal dalam mengeksekusi pada saat decision maker usaha ketika berjalan. Hal ini
menjadi tambah unik ketika yang 10 persen ini dikatakan berhasil karena beberapa
diantaranya bahkan hanya memiliki ide dasar yang kuat dan mampu meng ekskusi decision secara
baik di medan lapangan usahanya. Bahkan mereka tidak piawai dalam presentasi
imbuhnya. Beliau juga menanggapi positif apa yang di sampaikan oleh bapak Hari Sungkari
dan menyepakati atas apa yang di sampaikan beliau selaku BEKRAF.
Lalu giliran Dessy Aliandrina, Head of Technopreuneurship
Surya University menyampaikan pikirannya. Beberapa pengalamannya secara
internasional sekian event
technopreneurship yang sudah diikutinya disampaikan. Beliau katakan motif
paling mendasar sebuah techno entepreuneur adalah impact yang timbul sebagai
manfaat yang dapat dirasakan orang banyak.
Seperti halnya sebuah alat kecil dan sederhana yang dibawanya. Yaitu sebuah
sensor detector stabilitas temperatur suhu yang memudahkan orang yang tinggal di
apartemen mengetahui kenaikan temperatur yang tiba tiba saja terjadi. Misalnya ruang
dapur tetangganya terbakar dan alat itu
tiada henti mengirim bunyi tiada henti sebagai penanda terjadi kenaikan
temperatur cepat di dekatnya. Agar orang yang memiliki alat ini segera
mengambil tindakan penyelamatan dirinya dan juka mungkin menyelamatkan orang
yang dekat dengan dirinya. Dan beliau katakan, bahwa motif dasar alat ini
diciptakan pada awalnya juga hanya sederhana. Namun ternyata memiliki impact/
dampak langsung bagi masyarakat banyak yang tingggal dalam hunian padat. Jadi,
mindset sociopreneur lebih diutamakan
lebih dahulu ketimbang orientasi profit bisnisnya.
Yup, sisi technopreneur yang disampaikan Ibu Dessy Aliandrina
cukup membuka pemikiran lebih baik. Karena Sherink Session Build Sociopreneur
Ecosystem sedikit terkuak melalui beliau. Dan beliau menjelaskan hal berbeda
dengan sociopreneur berbasis charity/donasi. Namun lebih kepada pemanfaatan
teknologi yang memiliki impact positif bagi ecosystem. Kenapa tidak dibuat
sebauah alat yang mampu membantu memudahkan jalur distribusi pengolahan sampah
mislanya. Why Not !!? ..dengan serius why not aku mengulangi kalimat ini. Sampah
organik dan sampah non organik yang sudah menjadi standar pemilahan dari awal
mata rantai distribusi sampah hingga ke TPA (Tempat Pengumpulan Akhir) mampu
dilakukan dari Rumah. Tentu dengan sebuah inovasi tehnologi yang juga
berdampak enterpreneur. Sahdan mendapat respon kuat dari Bapak Dondi dan
mendukung kuat investasi akan beliau lakukan jika memang itu demikian.
Menjadi lengkap ketika Iqbal Hariadi, Storyteller KitaBisa yang ternyata paling muda diantara ke
empat narasumber, juga membeberkan aktivitas communitas Kitabisa yang memang berbasis sociopreneur non
charity. Bahwa banyak kegiatan sosial yang diwadahi melalui digital mampu
diserap lebih efisien dan cepat. Dan tentu juga yang di lakukan Kitabisa
memiliki impact yang luar biasa bagi orang banyak.
Sharink session ditutup dengan anggukan benar memang ada
conection antar mereka dalam membangun sociopreneur yang juga mendukung bagi
keberlangsungan ecosystem univesal. Entah
kemudian anggukan tersadari atau tidak.
Dan jika mungkin menjadi kepedulian kebersamaan membangun integritas ecosystem
yang sustainable. Seorang lelaki yang datang ketika hujan menimpanya mencatat
demikian.
***
*
Sebuah lomba yang disebut Indonesia Sociopreneur Challenge
atau yang disebut dengan IsoC 2016 sudah mulai menuju perhelatannya. Diharapkan
dengan adanya program ini dapat memancing masyarakat untuk turut serta memberikan
solusi bagi permasalahan sosial yang ada di Indonesia tidak hanya di kota
Tangsel. Tahun ini ISoC diadakan kembali dengan mengangkat tema “Waste Around Us”. Maka dari itu untuk
mendukung program ini sekaligus mempromosikan ISoC 2016 BAPPEDA kota Tangsel
berinisiatif membuat sebuah acara talkshow & sharing session yang membahas
cara membangun ekosistem social entrepreneur di kota Tangsel.
Sila disimak leaflet berikut dan ikuti, terubuka bagi
startup seluruh indonesia dan international .
2 komentar
Mas Ono salam kenal
BalasHapuspasa acara ini saya gak bersapa-sapa sepertinya heheee
smoga next event bisa kopdar
Siaaappp mas. Hehe salam riang gembira selalu....
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung dan berbagi...
Bergembira selalu !!